Alhamdulillah, sampai juga di tugas pekan kedua dari kelas Gemar Rapi Pratama. Minggu ini kita Berkenalan Sama Pilar Gemar Rapi bagian Pertama. Yup, bahasannya masih seputar penguatan mindset.

Karena tujuannya, decluttering dan metode gemar rapi adalah sebagai sebuah habit dan gaya hidup. Maka dari itu, akarnya musti kuat supaya nanti nggak goyah di tengah jalan dan jadi kembali ke kebiasaan lama, jadi penimbun barang lagi.

Berikut adalah ke-empat pilar bagian pertama ini :
1. Dilakukan oleh pemilik barang (Owner)
2. Penguatan mindset sebagai pondasi awal (Mindset Gemar Rapi)
3. Perubahan kebiasaan sebagai tujuan (Habit)
4. Pengurangan barang dengan prinsip Lagom (Decluttering)

Dilakukan Oleh Pemilik Barang (Owner)

Berhubung aku masih tinggal sama orangtua dan saudara-saudara aku di rumah Mamah, jadi aku bertanya kepada mereka tentang pendapatnya mengenai hal ini. Adek dan kakak aku sepakat, memang beberes itu pekerjaan sendiri-sendiri, harus dilakukan oleh pemilik barang.

Tapi kalau diajak sama-sama ikutan program rapi-rapi, mereka cuma kasih senyum. Oke, mungkin belum saatnya untuk bersih-bersih rumah Mamah. Insyallah aku akan memberi contoh dulu dengan menerapkan ilmu gemar rapi di space pribadiku dulu.

Ceritanya aku punya “rumah” sendiri di belakang rumah Mamah dan tinggal berdua sama suamiku, aku lebih ingin berfokus untuk mulai membersihkan areaku sendiri dulu. Karena di ruangan inilah 90% aktivitas aku sehari-hari. Kamar kost yang nyaman sebenarnya, tapi aku mulai merasa kamar ini terlalu berantakan, terlalu banyak barang.

Aku menanyakan hal yang sama kepada mas suami, menurutnya rapi-rapi memang harus dilakukan oleh pemilik barang. Cara begini akan memudahkan bila nanti kita mencari barang yang dibutuhkan, dan mempercepat proses sortir jika decluttering nanti.

Sama, akupun sepakat. Buatku, urusan bersih-bersih memang urusan pribadi. Apalagi pas proses decluttering nanti, ini akan sangat personal. Karena hanya diri kita sendiri yang tahu, barang-barang mana saja yang masih digunakan dan masih memberikan kepuasan bagi kita.

Mindset Gemar Rapi

Jujur saja, sampai hari ini aku masih takjub sama konsep dan modul dari Kelas Gemar Rapi Pratama yang aku ikuti ini. Awalnya aku kira kita hanya akan diajarkan cara menata perabot rumah dan tips-tips melipat baju..hehehe.

Ternyata kelas ini sangat serius, pembangunan mindset pun dibuatkan materinya secara khusus.

Untuk urusan mindset, aku sangat bersyukur memiliki suami yang sudah terbiasa dengan gerakan 5R di kantornya, yaa..meski kadang agak ‘kendor’ juga kalau diterapkan di rumah. Hehehe.

Program 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) merupakan adaptasi program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan oleh banyak negara di seluruh penjuru dunia.

Dengan mempelajari pilar kedua dari Gemar Rapi, suami mengakui bahwa keterikatan pada barang seharusnya tidak harus begitu emosional. Dia bersedia ikut belajar dan berjanji untuk bersama-sama merapikan kamar mungil kami dengan metode Gemar Rapi.

Bagiku, pelajaran tentang mindset di pilar kedua membuat aku makin bersemangat ingin terus belajar tentang rapi-rapi, bukan hanya merapikan barang atau menata rumah, namun juga merapikan jiwa dan ragaku.

Aku jadi tersadar dan mulai menemukan benang merah. Mindset aku yang keliru dan habit berlebih-lebihan yang selama ini aku jalanilah yang telah sering memicu asam lambungku. Apalagi setelah belajar lebih dalam tentang lagom.

Konsumsi “makanan salah” berlebihan, bekerja di depan laptop yang berlebihan, terlambat makan yang sering, dan overthinking yang kerap aku lakukan. Dan segala habit dan kebiasaan salah selama ini terbayang. Menyesal. Hadoooh, sudah zolim sama diri sendiri 🙁

Setelah membaca materi pekan ini dan dengan banyak belajar hidup minimalis lewat youtube, aku sadar bahwa kebahagiaan bukan di banyak sedikitnya barang, pun bukan di lengkapnya segala fasilitas hidup. Tapi merasa cukuplah yang membuat hati ayem 🙂

Dan yes, aku ketemu jawabannya. Hidup dengan GERD yang berulang kali kambuh bisa jadi karena mindset aku yang keliru selama ini. Mulai sekarang aku harus decluttering habit diet dan lifestyle yang tidak sehat, pun mengeliminasi hal-hal negatif dan toxic people dari hidup.

Perubahan Kebiasaan

Dengan mindset yang baru, aku dan suami sepakat untuk melakukan perubahan kebiasaan agar terbentuk menjadi sebuah habit.

Hobi ikutan flash sale sudah jaaaauuuuh berkurang. Hehehehe. Sekarang aku hanya membeli barang yang memang betul-betul diperlukan saja. Tidak lagi membuat stok dengan jumlah yang banyak. Secukupnya saja 🙂

Dulu aku dan suami masih menyimpan barang-barang yang sebenarnya sudah tidak berfungsi, dengan harapan masih bisa diperbaiki. Akhirnya kami sadar, dan akan membuat jadwal khusus untuk mensortir barang mana yang harus dibuang, dan mana yang masih bisa direparasi untuk diberikan ke orang yang lebih membutuhkan.

Dulu kami “menimbun” barang lama, karena khawatir sewaktu-waktu kita masih memerlukan barang-barang tersebut. Ketakukan akan memerlukan barang di kemudian hari ini pun, bisa kami siasati dengan menyortir hanya yang benar-benar diperlukan lagi saja, dan menyimpannya di tempat yang aman.

Dan aku pribadi jadi semakin tertarik untuk belajar lebih jauh tentang decluttering. Langganan youtube channel aku yang tadinya barisan beauty vlogger yang sering ‘menyebarkan racun’ kosmetik dan skincare, sudah aku ganti dengan mereka yang menyuarakan pesan zero waste, decluttering, hidup minimalis, lagom, dan berbagai bahasan menata rumah mungil 🙂

Rak buku kami pun sekarang kedatangan buku-buku baru yang membahas tentang hal yang selaras dengan Gemar Rapi. Hehehe, yes..aku serius kali ini. Berharap metode Gemar Rapi dapat menjadi budaya di keluarga kami.

Rak buku juga sudah masuk ke dalam list yang harus dikurangi penghuninya. Aku mulai memisahkan buku-buku yang harus keluar dan mana yang harus menetap.

Untuk buku yang akan pergi, aku baca sekilas terakhir kali lagi dan membuat resumenya. Aku berpikir, dengan cara ini juga meyakinkan aku, agar jikapun masih ada bagian yang dirasa penting di dalamnya, sudah tersimpan dalam buku catatan.

Untuk perubahan kebiasaan makan, sekarang aku ikuti diet untuk lambung. Alhamdulillah, lambung sudah terasa makin nyaman. Sejak kenalan sama lagom, aku makan secukupnya. Not too much, not too little. Jadi terbiasa untuk makan ketika lapar datang, secukupnya saja, serta berhenti sebelum merasa kekenyangan dan lembung terasa penuh.

Selain itu, aku sekarang belajar untuk tahu kapan harus istirahat dai layar laptop. Aku buat batasan waktu bekerja setiap harinya. Nggak ada lagi lembur-lembur untuk kerja ngejar deadline. Kerjaan dicicil dari jauh hari biar bisa lebih santai.

Aku juga udah berhasil melewati challange untuk bilang “enggak” ke manusia-manusia yang memang nggak perlu aku “ladeni”. Sekarang aku jadi lebih yakin buat membuat jarak dari mereka yang bikin nyaman. Yeay..

Mulai sekarang, aku akan menghargai dan menyayangi diri sendiri dengan tinggal di lingkungan yang nyaman dan rapi. Tanpa rasa khawatir berlebihan. Dan hanya dengan semua yang aku butuhkan saja 🙂

***

Yang membuat aku dan suami terus semangat adalah, kami saling mengingatkan, bahwa pertanggungjawaban di hari akhir pasti akan datang.

Menutup diskusi kami tadi malam, suamiku berpesan, jangan terlalu sayang lagilah sama benda, nanti malah memberatkan. Jangan khawatir sampai menumpuk barang yang belum tentu terpakai dalam waktu dekat. Karena, jangan-jangan umur kita tidak sampai. Belum sampai waktu kita untuk butuh memakainya lagi, kita keburu meninggal.

Lebih baik bersusah-susah beradaptasi dengan kebiasaan baru sekarang, daripada nanti kesusahan di akherat. Mendingan sekarang berlega hati melepas brang-barang pergi, daripada nanti kesulitan menjawab jika dihisab.

Barang-barang yang menumpuk, yang tidak pernah dipakai akan menjadi tidak memiliki manfaat. Hal ini bisa menjadi bagian dari perhitungan hisab harta kita kelak di akhirat. Repot, kan 🙂

Bismillah, semoga menjadi habit yang permanen. Semoga menjadi kebiasaan yang memudahkan kami di hari perhitungan kelak. Aaamiiin.